Tuesday, January 04, 2011

Manuskrip Melayu Lama Ditemukan di Mekah

Sejauh pengetahuan saya dalam menelusuri naskah Melayu dan Aceh di wilayah Aceh, saya juga menemukan naskah tentang Makkah, namun sejauh ini belum dapat dipastikan naskah tersebut apakaha sama dnegna naskah makhtutat Ila Makkah yang ditemukan di Jazirah Arab setebal 173 halaman itu yang ditulis pada abad ke-19 Masehi.

Namun, yang menjadi daya tarik tersendiri pada naskah ini adalah keberadaan naskah Melayu di Tanah Suci, tentu semakin memperkuat peranan dan eksistensi ulama-ulama Nusantara di dunia Arab, terutama dalam bidang keilmuan. Dan sangat menarik bila nanti mampu mengungkapkan bagaimana peranan ulama-ulama Melayu (Nusantara) di Jazirah Arab, sebagaimana peranan Ulama-ulama Arab di Nusantara.

Hidayatullah.com-Pencarian selama 20 tahun berkesudahan dengan berita gembira. Mantan Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia, Dr Wan Ali Wan Yusoff Wan Mamat, menjelaskan bahwa pencarian manuskrip Melayu lama di Mekah membuahkan hasil.

Wan Ali berhasil menemukan manuskrip Melayu lama, Makhtutat Ila Makkah (catatan-catatan menuju Mekah) ketika menunaikan umrah Maret. Penemuan itu sebagai kemenangan berganda karena
sebelum ini banyak usaha untuk menemukan manuskrip Melayu lama di Mekah tidak membuahkan hasil.

"Saya menemui Makhtutat Ila Makkah dengan bantuan pelajar saya, Ahmad Saqar yang menetap di Mekah. Sebelum menunaikan umrah Maret lalu, saya menghubunginya agar dapat menghubungkan saya dengan seseorang yang boleh merealisasikan hasrat saya.

"Pelajar ini mendapatkan pegawai yang boleh dihubungi di Perpustakaan Universitas Ummul Qura Makkah dan memaklumkan dalam universitas tercatat ada manuskrip Melayu lama. Saya membuat temu janji dengan pegawai di perpustakaan yang setuju bertemu dengan saya. Pegawai perpustakaan berkenaan membawa saya ke tempat menyimpan cakera padat (CD) segala jenis manuskrip dalam simpanan universitas. Selepas meneliti buku daftar semua manuskrip Arab, Melayu, dan Parsi selama sejam, baru saya mendapat maklumat yang diperlukan."

Dr Wan Ali yakin ada banyak lagi manuskrip Melayu lama yang tersimpan di Universitas Ummul Qura Mekah, tetapi ia belum mengamati lebih jauh karena masa yang singkat, di samping penguasaan bahasa Arab diperlukan untuk bisa membaca katalog tertulis dalam bahasa Arab.

"Makhtutat Ila Makkah memuatkan tiga manuskrip, yakni manuskrip pertama dan kedua berbentuk tulisan yang tidak lengkap, tetapi saya yakin manuskrip ketiga lengkap. Ada hari dan jam yang tercatat pada manuskrip tersebut, tetapi tidak menyebutkan tahunnya, serta tidak dapat menyebutkan usia manuskrip."

Untuk melihat naskah manuskrip Melayu lama, didasarkan kertas yang digunakan, yakni water mark. "Bagaimanapun, saya yakin manuskrip setebal 173 halaman yang saya temui itu ditulis pada abad ke-19 Masehi," jelasnya pada pertemuan dengan Sastra di Wisma Sejarah, Kuala Lumpur, baru-baru ini.

Manuskrip pertama hanya setebal empat halaman dan manuskrip kedua tiga halaman, sedang manuskrip ketiga setebal 166 halaman dan tercatat dengan perkataan Kitab Albaiah' yang memuatkan jual beli dalam masyarakat Islam dan disusun mengikut kaidah Romawi.

Isi manuskrip ketiga itu, Bab Riba; Bab Benda Haram Diperjual Beli, Terlebih dan Terkurang Dalam Jualan, Laba dan Kurang Daripada Harga; Bab Berniaga Hamba Lelaki dan Perempuan; Akad Jual Beli; Fasal Wajib Ke Atas Wakil Pada Berwakil Yang Mutlak dan Berwakil Muit Dengan Berjual, Berjanji dan Barang.

Dr Wan Ali menyebutkan, naskhah Makhtutat Ila Makkah dengan nomor rujukan raqam5462 di Perpustakaan Universitas Ummul Qura Makkah itu  sebagai kitab jual beli yang lengkap. Ia yakin masih banyak manuskrip Melayu lama tersimpan di perpustakaan tersebut.

"Ulama kita lama di Mekah karena ia menjadi pusat pembelajaran ulama dari Nusantara. Ulama kita giat belajar, mengarang, dan mengajar di Makkah. Setengah dari mereka menjadi guru dan meninggal di sana. Kitab mereka disalin dan dibawa ke Nusantara serta dijadikan sebagai kitab rujukan di sini."

"Kitab mereka tersebar luas di Nusantara dan setengah dari mereka mendapat gelar syeikh. Sungguh pun demikian, hubungan di antara Melayu di Mekah seakan terputus dengan Melayu Nusantara, sehingga menyukarkan usaha meneliti manuskrip Melayu lama," katanya yang pernah berkhidmat sebagai Ketua Pusat Dokumentasi Manuskrip Melayu PNM, sebelum dilantik sebagai Ketua Pengarah PNM. [ihj/hidayatullah.com]

2 comments:

Anonymous said...

Anda tidak akan menemukan apapun kalau anda hanya mentranslate dari satu bahasa ke bahasa lain, saya melihat para serjana, magister, Doktor dan Profesor agama sekarang mencari ilmu hanya untuk pangkat, ketenaran, kepruet, memfitnah orang yang sudah tiada, dan mengadu domba sesama islam.

hermankhan said...

Terima kasih atas ingatannya.
Dan semoga kita kita tidak terbius dgn sifat negatif mereka

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top