Sunday, July 17, 2011

Tarmizi A. Hamid seems like an ordinary citizen, yet he is working on something of great historical importance.

The resident of Gampong Ie Masen Kayee Adang in Banda Aceh is a collector of old and rare manuscripts of Aceh history.

“I’m not just a collector, I’ve got to study the content of the texts and preserve them so as to keep the younger generation informed of our history,” Tarmizi, 45, said.

Tarmizi has no background in history; he graduated in agricultural engineering and works with the Agency for Agricultural Technology Studies (BPTP) in Aceh.

His concern over the Aceh government’s lack of attention

Tarmizi A Hamid: Collecting Acehnese Manuscripts

Read More

ENTAH sejauh mana kita mengenal naskah Taj al-Salatin (Tajus Salatin). Manuskrip yang pernah mengharumkan negeri ini di seluruh penjuru dunia, menjadi bacaan wajib para sultan dalam memimpin negerinya, seakan ia menjadi persyaratan awal dalam memimpin dan menyejahterakan rakyatnya. Sebagai karya sastra, kitab ini digolongkan ke dalam buku adab, yaitu buku yang membicarakan masalah etika, sosial-politik dan pemerintahan, baik bersifat teoritis dan praktis. Oleh karena itu, ia dikenal Mahkota Raja-raja.

Bukhari al-Jauhari nama pengarangnya, yang bisa diartikan “Bukhari si pandai emas”  atau “Bukhari dari Johor” dinisbat kepada salah satu daerah. Walau tidak dicantum tahun dan tempat penulisan, Roorda van Eijisinga, peneliti Belanda pada tahun 1827, berhasil merumuskan kode “rahasia’ yang digunakan oleh si pengarang.  Disimpulkan,

Asas Pemimpin Dalam Tajus Salatin

Read More

Wednesday, July 13, 2011

Siapakah  rakyat di Republik ini yang tidak kenal dengan pulau Sabang? pulau paling barat di dari wilayah Indonesia bagian aset penting bagi Aceh. Namun, siapa yang mengetahui peranan Sabang dalam sejarah perjalanan Aceh dan Nusantara, terutama dalam manuskrip dan dokumen tertulis?


Belum ada yang meneliti peranan Sabang dalam kancah keilmuan dan peranannya dalam lintas intelektual antar negara. Selama ini, Sabang hanya dikaji dari bidang ekonomi secara geografis saja, sebagai pelabuhan internasional sejak zaman kesultanan Aceh, masa sultan Alauddin Riayat  Syah (1596-1604) dan berlanjut pada sultan Iskandar Muda (1604-1636). Peranan Sabang saat itu, jelas sekali,

Peran Sabang, Tersirat Dalam Manuskrip Aceh

Read More

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top