Teks "Mawa'id al-Badi' (al-Badi'ah)" karya Syekh Abdurrauf al-Fansuri |
Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Selain penasihat empat Sultanah di Kerajaan Aceh, ia juga termasuk ulama yang paling aktif menulis kitab sepanjang abad di berbagai bidang ilmu berjumlah kurang lebih 38 judul kitab.
Ia menulis mulai bidang ubudiyah, muamalah, tauhid, tasawuf, tafsir Quran, etika dan lainnya di bidang sosial dan kearifan masyarakat Aceh khususnya, dan masyarakat Melayu umumnya.
Salah satu kitabnya berjudul Mawa’id al-Badi’ (al-Badi’ah) diartikan Pengajaran yang indah-indah (berguna) yang berisikan 50 wasiat pengajaran (poin) Syekh Abdurrauf kepada manusia.
“Dan kunamai akan dia Mawa’id al-Badi’ artinya segala pengajaran yang indah-indah. Hai segala anak Adam laki-laki dan peremppuan, percayakan oleh kamu akan segala pengajaran ini, jangan engkau syak (ragu) akan dia, karena segala pengajaran ini setengahnya (sebagiannya) aku ambil dari perkataan Allah, dan dari Rasulullah, para Sahabat, Aulia Allah, hukama, dan ulama..”.
Pesan tersebut dimulai dengan sebuah anjuran supaya dikaji ulang pada setiap hari atau seminggu sekali atau sekurang-kurangnya sebulan sekali. Faidah membaca kitab ini menurut ulama pengarang kitab tafsir berbahasa Melayu (Indonesia) pertama kali supaya hati manusia menjadi lembut.Bahkan, barangsiapa yang telah membacanya dan tidak mengamalkan isinya akan termasuk orang yang merugi. Maka, maklum saja jika kitab ini diperoleh banyak sekali variannya.
Kitab ini disalin oleh banyak orang dalam beberapa tahun berikutnya hingga masa kemerdekaan.
Apabila dipersentasekan isi kitab ini, wasiat pengajaran Abdurrauf banyak membahas tentang etika dan karakter seorang muslim. Anjuran-anjuran di dalamnya mengutamakan sikap bersosial terhadap orang lain, sepuluh peringatan pertama seluruhnya menyebutkan tentang sikap manusia.
Pertama yang diungkapkan oleh Abdurrauf adalah kematian (maut) dan proses di hari kiamat. Epistemologi tersebut merupakan langkah utama bagi manusia yang dianggap baligh dan berakal sebagai tujuan akhir hidup ini.
Kemudian, pada peringatan kedua ia menegaskan tentang tauhid.