Sunday, September 11, 2016

Rindu ke Ka'bah Baitullah


Setiap tahunnya, orang-orang Islam di seluruh penjuru dunia berkumpul di Arafah, menuju Mina, Muzdalifah dan kembali lagi ke Mekkah, tawaf di lingkaran Ka'bah memenuhi seluruh rangkaian haji. Haji merupakan salah satu rukun Islam dalam agama Islam. Pelaksanaan haji diperuntukkan bagi setiap muslim yang mampu. Kriteria "kemampuan" (manistata'a ilaihi sabila) tersebut tidak dapat distandarisasi bagi setiap negara (wilayah), status ataupun kategori tertentu. Akan tetapi, yang pasti, setiap muslim (laki-laki dan perempuan) selalu mendambakan panggilan Ilahi untuk haji.

Rindu (kembali) sujud langsung di depan Ka'bah, tawaf mengelilingi bangunan segi empat yang dimuliakan, minum air zam-zam,  shalat di dalam Ka'bah (Hijr Ismail), wukuf di Arafah, mabit di Mina, lembar Jumrah di Muzdalifah, dan kegiatan-ibadah ibadah lainnya merupakan hal yang selalu dirindukan oleh setiap jamaah haji.

Untuk mewujudkan itu, beberapa ulama seperti Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menyebutkan dalam Taisir Karim Ar-Rahman (h. 427), Fairuz Abadi dalam Tanwir al-Miqbas, (h. 214). Maka dianjurkan untuk selalu berdoa dan memohon kecenderungan hati untuk mendapat kesempatan dan kemampuan untuk memenuhi panggilan tersebut, sebagaimana doa dari nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang disebut dalam al-Quran:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37).

Setiap muslim akan selalu merindukannya, baik yang belum ataupun sudah pernah sampai ke sana. Bahkan kerinduan tersebut akan lebih besar  bagi orang yang telah pernah ke sana daripada yang belum, walaupun rindu itu sama-sama memuncak,  sebab setiap kali seorang hamba pergi bolak-balik ke Ka’bah maka semakin bertambah kerinduannya, semakin besar kecintaannya. Setiap muslim  yang menunjukkan mereka sangat ingin dan cenderung hati mereka untuk melihat dan menyentuh Ka’bah secara langsung dan menunaikan ibadah haji maka berdoalah untuk hati akan rindu ke sana.

Semoga suatu hari akan dapat memenuhi panggilan Ilahi dengan ucapan:

Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika laa syarika laka labbaika. Innal hamda wanni’mata laka wal mulka. laa syarika laka. 

(Ya Allah, aku datang karena panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu). 

Naskah-naskah Haji

Lembaran naskah ini koleksi Perpustakaan Leiden University, berasal dari Aceh (?). Di dalamnya menggambarkan do'a-do'a yang dibacakan saat mengelilingi Ka'bah. Di dalam area Masjidil Haram masih terlihat beberapa menara tempat shalat jamaah Mazhab, semuanya ada 4 (empat) mazhab. Para jamaah akan shalat sesuai dengan mazhabnya masing-masing.

Berikut sketsa dan posisi para jamaah seluruh dunia bertumpu sebelum direkonstruksi (Al-Fasi: 461)

Keterangan Gambar : 1. Ka'bah 2. Hijiril Ismail. 3. Makam Nabi Ibrahim a.s.4. Sumur Zamzam 5. Mimbar 6. Tempat shalat mazhab Syafi'i 7. Tempat Shalat mazhab Hanafi8. Tempat shalat mazhab Hambali. 9. Al-Mataf. 10. Tempat shalat mazhab Maliki. 


Pada tahun 1343 Hijriah (1925 M), ketika Dinasti Sa'udi di bawah pimpinan Raja 'Abd al-'Aziz bin 'Abd al-Rahman Al Sa'ud memperluas area Mesjidil Haram dan menghilangkan "kubu mazhab" atau  menggabung seluruh jamaah shalat fardhu di Masjid Haram menjadi satu jamaah dengan satu orang imam. Demikian juga berlaku untuk jamaah shalat Jum'at, shalat Terawih, dan shalat Hari Raya menjadi satu jamaah saja. Dua tahun setelah itu,  Rabiul Akhir tahun 1345 H dalam pertemuan ulama memperkuat kebijakan Raja 'Abd al-'Aziz Al-Sa'ud atas aturan yang baru tersebut untuk persatuan dan kesatuan ummat. Untuk itu mereka meminta dipilih tiga orang imam untuk mewakili empat mazhab sunni, sehingga semuanya berjumlah 12 orang. Mereka inilah yang secara bergantian menjadi imam shalat fardhu lima kali sehari, imam dan khatib Shalat Jum'at serta imam Shalat Tarawih. (Al-Zahrani, 84-98)

Hal ini menunjukkan ummat Islam tetap bersatu. Semoga kita dapat memenuhi panggilan Allah dengan sebaik-baiknya.


Sumber:
Abdullah Sa`id Al-Zahrani, A’immat al-Masjid al-Haram wa Mu’adzdzinuh, Mathba`ah Bahadur, Makkah, cet. 1, 1998
Al-Fasi al-Makki al-Maliki, Taqiyuddin Muhammad bin Ahmad bin `Ali (775-832 H) , Syifa’ al-Gharam bi Akhbar al-Balad al-Haram, (dengan tahqiq Mushthafa Muhammad al-Dzahabi), jilid 2, Maktabah al-Nahdhah al-Haditsah, Mekkah, cet. 2, 1999
http://alyasaabubakar.com/2014/02/ulama-wahabi-dan-penguasa-saudi-tentang-pelaksanaan-ibadat-di-masjid-haram/
http://www.artikelsiana.com/2014/10/sejarah-masjidil-haram-sejarah-kabah-mekah.html

0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top