Saturday, April 14, 2012

Tabir Gempa Dalam Manuskrip: Rekaman atau Ramalan?

Ta'bir gempa
Aceh adalah salah satu wilayah di Nusantara berdampak guncangan gempa bumi dari belahan bumi ini sebab berada pada patahan lapisan bumi, demikian kesimpulan satu dasawarsa terhadap berbagai bencana yang menimpa Aceh dan sebagian wilayah Nusantara, penanganan serius dan fokus terhadap gempa memang sudah ditunjukkan oleh badan instansi yang menangani khusus di bidang ini, seiring dengan perkembangan teknologi dunia terhadap berbagai gejala alam yang terjadi belakangan ini.

Perhatian terhadap gempa sebenarnya juga sudah menjadi fokus utama para pendahulu terhadap gempa bumi dan dampak ikutannya di Aceh, bahkan perhatian tersebut lebih mendalam dan serius dari pada bencana-bencana lainnya yang pernah terjadi di Nusantara seperti angin puting beliung, petir, banjir, letusan gunung dan sebagainya. Sebagai buktinya paradigma preventif orang-orang terdahulu (paling tidak sebagian besar intelektual dan arif) telah merekam dengan menulis dan menyalinnya sesuai dengan setting sosial yang kemudian diwariskan kepada anak cucunya.
Pemahaman dan pengetahuan keilmuan budaya lokal yang diwariskan leluhur sering terabaikan, penggalian budaya asli (setempat) sebagai sistem peringatan dini terhadap bencana tidak efektif diakibatkan tidak adanya kajian terhadap dokumentasi mengenai pengetahuan tradisional baik formal maupun non formal. Sebaliknya urbanisasi dan jumlah populasi penduduk suatu wilayah begitu pesat dengan bercampur berbagai kultur dan budaya semakin terabaikan konteks lokal tersebut, padahal para leluhur telah merekam dan mendokumentasi bencana gempa sebagai bagian mitigasi bencana yang terukir dalam manuskrip (naskah kuno).
Di dalam manuskrip, khususnya bab ta’bir gempa tersusun dengan bermacam judul atau pembahasan penting lainnya seperti ta’bir mimpi, nasehat, nujum, wejangan, azimat, ramalan dan do’a, menunjukkan bahwa naskah tersebut menjadi bacaan harian (umum) sebagai ilmu pengetahuan maupun pegangan, termasuk peristiwa gempa dan segala kemungkinan timbul setelahnya. Hal tersebut menunjukkan keseriusan para endatu (pendahulu) merekamnya baik melalui penuturan (lisan) maupun karya tulis (naskah) mereka, sehingga tidak begitu sulit untuk menemukan teks yang menukil tentang gempa, walau tidak terdapat satu kitab khusus membahas tentang gempa bumi.
Tidak ada yang dapat memastikan siapa yang paling awal merekam ta’bir gempa, karna tidak ditemukan penulisnya secara khusus di kolofon teks, serta salinan ta’bir gempa berada diberbagai kitab karangan ulama maupun umum empunya kitab, ini menunjukkan bukan karangan seseorang alim atau ahli dibidang geologi ataupun seorang pawang yang memiliki satu keahlian, melainkan ta’bir gempa disalin sesuai rekaman jejak sejarah gempa yang diwariskan secara turun temurun untuk mengetahui penanggulangan pasca gempa dan mengurangi resiko bencana.
Periodisasi dan konteks lokal jelas terlihat pada naskah ta’bir gempa, perbedaan isi satu naskah dengan lainnya sangat kental dan memberikan warna tersendiri terhadap naskah ta’bir gempa, menunjukkan bahwa ada perbedaan isi teks dari setiap zaman yang berbeda (abad) dan perbedaan wilayah (geografis) telah memberikan gambaran pasca gempa pada suatu masa dan disuatu tempat, berbeda dengan naskah keagamaan yang disalin sesuai dengan kitab sebelumnya walaupun akan terdapat perbedaan varian didalamnya.
Bencana gempa bumi, tidak selamanya membawa petaka dan kerugian pada suatu negeri atau daerah bencana sebaliknya ada hikmah dan pertanda baik pasca gempa, demikian yang tersurat dan terungkap dalam naskah ta’bir gempa bahwa ada baik dan buruknya pasca gempa sesuai hitungan Qamariyah (Hijriyah). Ini memberi pelajaran penting bagi manusia untuk berpikir positif dan bersikap bijaksana terhadap Sang Pencipta, bahwa pada satu sisi manusia melihat sebuah kehancuran, namun tersirat disisi lain itu adalah awal kebangkitan. 
Perbedaan Gempa Aceh 2004 dan Gempa Aceh Terkini 2012. Menurut Pakar Tsunami, Doktor Subandono Diposaptono, Perbedaan Gempa Aceh 2004 dan Gempa Aceh 2012 terdapat pada lokasi gempa, dimana gempa aceh 2004 delapan tahun silam lokasi gempa di sepanjang zona subduksi pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Sedangkan untuk gempa aceh terkini 2012 berlokasi di lempeng Indo-Australia.
Sembilan guncangan gempa dalam Empat Jam di sore hari
  1. Pukul 15:38:33 berkekuatan 8,5 SR. Terjadi di kedalaman 10 kilometer di dasar laut, di 346 kilometer Barat Daya Simeulue.
  2. Pukul 15:38:35 berkekuatan 8,3 SR terjadi di kedalaman 42 kilometer di 341 kilometer Barat Daya Simeulue.
  3. Pukul 16:28:02  berkekuatan 6,5 SR terjadi pada kedalaman 10 kilometer di 510 km Barat Daya Simeulue.
  4. Pukul  16:48:03 berkekuatan 6,1 SR terjadi di 630 km Barat Daya Simeulue pada kedalaman 10 kilometer.
  5. Pukul 17:09:51 berkekuatan 6,1 SR pada kedalaman 10 kilometer terjadi di 492 km Barat Daya Simeulue.
  6. Pukul 17:21:27 terjadi di 335 km Barat Daya Simeulue berkekuatan 5,7 SR pada kedalaman 23 kilometer.
  7. Pukul 17:43:06 berkekuatan 8,8 SR terjadi di 483 km Barat Daya Simeulue pada kedalaman 10 kilometer.
  8. Pukul 17:43:11 berkekuatan 8,1 SR terjadi di 454 km Barat Daya Simeulue pada kedalaman 24 kilometer.
  9. Pukul 18:04:45 berkekuatan 6,1 SR, terjadi di 460 km Barat Daya Simeulue pada kedalaman 10 kilometer.


0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top