Pada masa kerajaan Aceh air minum yang digunakan dari sungai Krueng Aceh dan Krueng Daroy. Akan tetapi pada abad ke-20 Masehi, sungai-sungai mulai kotor dan tidak higenis lagi, apalagi beberapa kali mengalami musim kemarau. Untuk mengatasi tersebut maka dibangunlah menara air (Watertoren) mengatasi air bersih (minum) di Banda Aceh pada tahun 1904, sebagaimana tampak dalam foto di bawah ini:
Melalui website Leiden dengan nomor KITLV 1402872 diketahui berfungsi untuk distribusi air ke sekitar kerator Aceh yang disebut "Koetaradja", yaitu kawasan keraton Aceh, asrama tentara Indonesia sekarang, taman sari hingga perbatasan mesjid Raya Baiturrahman.
Distribusi air bersih tersebut sama seperti PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang ini, yang mengaliri air bersih ke rumah-rumah yang dibutuhkan.
Menara air (Watertoren) peninggalan Belanda ini dibangun pada tahun 1904. Terletak di area keraton, di Jl. Tgk. Abu Lam U. Bersebelahan dengan Gedung DPRK Banda Aceh dan berseberangan dengan Taman Bustanussalatin (atau Taman Sari).
Namun, sejauh mana fungsi digunakan, penyalurannya dan sejak periode penggunaannya belum banyak diketahuin informasinya.
Akan tetapi, saat ini bangunan menara air itu sudah diajukan untuk ditetapkan sebagai benda cagar budaya Kota Banda Aceh.
0 comments:
Post a Comment