Sunday, December 25, 2016

Hikayat Deteksi Lokasi Gempa Aceh 1964

Hikayat salah satu literatur dan "tradisi populer" di masayarkat Aceh. Sebagaimana diketahui kata "hikayat" diambil dari kata Arab yang konotasinya cerita, dongeng, atau cerita panjang. Kata kerjanya "haka" yaitu menceritakan kepada orang lain. Dalam pengertian sastra Indonesia dan Melayu, hikayat dimaksud dalam bentuk prosa.

Berbeda dengan terminologi Aceh, hikayat bukan hanya sebuah cerita pemanis tidur. Hikayat dalam sastra Aceh juga bukan dalam bentuk prosa, akan tetapi hikayat di Aceh dalam bentuk puisi atau sanjak. Hikayat Aceh diciptakan dalam bentuk puisi, awalnya masyhur dalam tradisi lisan yang didendangkan atau dilantunkan di depan publik, termasuk dalam kesultanan. Sejauh ini, belum banyak penelitian dalam bidang "eksistensi dan tradisi hikayat di Aceh", bahkan belum ada pakar hikayat Aceh dan perguruan tinggi di Aceh yang membuka jurusan "sastra Aceh". Akan tetapi, hikayat-hikayat dalam sastra Aceh sangat terkenal yang memiliki beragam kandungan, pesan, multiguna, multigender, mulai dari kisah masa lalu hingga kejadian realita.

Salah satu hikayat dalam bentuk real adalah "Hikayat Geumpa di Atjeh" karya Syekh Rih Krueng Raja (sekarang disebut Krueng Raya) yang disusun tahun 1964, atau pada saat gempa terjadi di Aceh, epicenternya di Aceh Besar. Buku ini dalam bahasa Aceh beraksara Latin dengan ejaan belum disempurnakan. Syukurnya buku ini dapat didownload gratis di website Acehbook.

Syair ini menceritakan kisah nyata terjadi gempa pada Kamis 2 April 1964 di Aceh, tepatnya terjadi di kaki gunung Seulawah, beberapa daerah yang berada di pesisir pantai Aceh Besar hingga perbatasan Pidie. Dalam syair karya Syehk Rih berasal dari Krueng Raya tidak disebut kekuatan gempa, akan tetapi melalui beberapa catatan sejarah gempa diketahui magnitude-nya 6.5 SR. Sama kekuatannya dengan gempa yang baru terjadi di Pidie Jaya (07 Desember 2016) dengan magnitude 6,5 SR (BMKG).

Dalam hikayat Geumpa di Atjeh, Syekh Rih membuka syairnya (transliterasi dalam EYD):


Cémpala meusu ditjöng u dara
Aneuk nggang dama yang panyang gatéh
Bacut lön suson gampoeng Krueng Raya
Bak uroe geumpa bak beungôh Haméh
        
 Nibak buleun peuet bak tanggai duwa
Poh lapan kira bak lön disidéh
Bak thon nam ploeh peuet ka jeut takira
Uroe nyan geumpa é dum na waréh (h. 4)
Artinya:
Burung Cempala bersuara di atas
Burung Flaminggo panjang tungkai kakinya
Kususun sedikit (syair) di gampong Krueng Raya
Di hari gempa di pagi hari Kamis

          Bulan empat, tanggal dua
Sekitar jam delapan, saya disana
Pada tahun Enam Puluh Empat sudah diketahui
Hari itu terjadi gempa wahai saudara

Hikayat tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa jam 8 pagi hari Kamis, 2 April 1964 gempa terjadi. Secara umum, sejauh ini gempa-gempa besar yang pernah terjadi di Aceh pada waktu pagi hari, akan tetapi bukan berarti tidak terjadi pada malam atau siang hari seperti gempa di Gayo 12 Juli 2013 dengan magnatude 6,1 SR.

Selanjutnya ia menyebutkan lokasi-lokasi gempa yang terjadi di seputaran gampong di wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh.


Bah teuduek dilèe gampoeng Krueng Raya
Jino Lamteuba lön cuba kisah
Sidéh bak kawom keu lön troh haba
Sidéh syeedara pih lëe museunah (h. 13)
Artinya:
Saat dulu tinggal di gampong Krueng Raya
Sekarang saya ceritakan kisah di Lamteuba
Dari saudaraku kabar ini kuterima
Disana mereka pun jadi korban

Tutue Lamtamot pih get that rupa
Meunurot haba kiwing dum patah
Sampee geuritan han jeut jilata
Meunan keuh rupa haba gob peugah (h. 15)
Artinya:
Jembatan Lamtamot juga rusak parah
Menurut informasi bengkok dan patah
Sehingga kereta api tidak bisa berjalan
Begitulah kabarnya dari cerita orang

Di Padang Tiji wahee syeedara
Asrama teuntra dum habeh reubah
Reubah meupunjoot habeh roet rungka
Bukeuti nyata loen kalon leumah (h. 15)
Artinya:
Di Padang Tiji wahai saudara
Asrama tentara juga semua roboh
Roboh terjungkal semua kerangkanya
Itu bukti nyata saya lihat langsung

Di Darussalam kuta peulaja
Aneuk sikula bak jigrop patah
Patah bak jigrop tëuot ka rungga
Nyan dumkeuh bahla neubri lèe Allah (h. 16)
Artinya:
Di Darussalam kota pelajar
Anak sekolah patah saat lompat
Patah lututnya saat lompat
Begitulah bala yang Allah beri

Jalur atau daerah gempa yang disebut dalam Hikayat Geumpa di Atjeh, 1964

Setidaknya, dalam syair Syekh Rih diketahui beberapa daerah koordinat gempa atau wilayah yang berdampak gempa, mulai dari wilayah Darussalam (Banda Aceh), Lamteuba, Lamtamot hingga ke Padang Tiji (Pidie). Jalur ini yang kemudian disebut oleh BMKG "Sileumeum Fault" dan peneliti Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) dan beberapa penelitian lainnya terhadap gempa di Aceh. Dengan temuan ini juga dapat digunakan untuk penelitian arkeologis dan paleoklimatologi di masa mendatang.


Maka tulisan ringan ini hanya menginformasi sedikit perihal gempa yang telah menghancurkan rumah, sekolah, asrama TNI dan membuat masyarakat mengungsi. Merujuk dan mengutip dari Hikayat Geumpa di Atjeh Syekh Rih Krueng Raya menyebut beberapa lokasi dampak terjadinya gempa dan menyertakan laporan bantuan Pemerintah kepada para korban. 

Lebih dari itu, saya menyimpulkan ini adalah sebuah tradisi (cara) kearifan lokal "mitigasi bencana" di Aceh melalui oral tradition (tradisi lisan) sebagaimana diwariskan tradisi hikayat bencana, maka istilah Ie Beuna di Aceh dan Smong di Seumeulu (istilah tsunami) dan beberapa daerah lainnya dalam bentuk tutur atau hikayat. Hikayat merupakan satu-satunya media menyebarkan informasi kepada publik secara massif, atraktif dan produktif untuk pendengar. Semoga tradisi ini tumbuh kembali di masyarakat Aceh dengan media terkini dalam menangani dan menimalisir korban bencana. 

Dan, atas dasar itulah menjadi bukti bahwa gempa tahun 1964 merupakan jalur “Sileumeum fault” (Bukan Seumeulum Fault sebagaimana beberapa tulisan). Dari data sejarah gempa diperoleh besar magnatude 6.5 SR, hikayat menyebutkan bahwa gempa tersebut dirasakan dan terjadi kepanikan, walaupun dampak gempa ini belum diketahui lebih jauh, baik kerugian ril materil yang terjadi, ataupun korban jiwa dan pengungsian. 

Namun demikian, gempa yang kembali terjadi baru-baru ini (7 Desember 2016) meninggalkan banyak duka dan "tanda tanya" bagi para peneliti gempa dan Badan Kebencanaan di Aceh dan Indonesia untuk selalu siap menginput data, mengulas informasi, dan memberikan informasi sekaligus pengertian lebih banyak kepada masyarakat, sebab bagian-bagian Aceh berada di atas patahan "ring of fire" gempa. Dan gempa 7 Desember 2016, sampai saat ini belum terungkap jelas jalurnya, apakah ini jalur "Sileumeun Fault" atau "Samalanga-Sipopok Fault" oleh para pakar.


Sumber:
-  Syekh Rih Krueng Raya, Hikayat Geumpa di Atjeh. Banda Aceh. Anzib Lamnyong, 1964
- Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
- Media online (Serambi Indonesia, Republika, Kompas, Harian Aceh, dll)

0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top