Kitab terkenal
karangan Nūr al-Dīn al-Rānirī berjudul Bustān al-Salāṭīn fi Dhikr al-Awwalin wa al-Akhirin di bidang sejarah yang terdiri
dari 7 bab. Di bidang fiqh berjudul Ṣirāt al-Mustaqīm, yang menjadi
kitab panduan di wilayah Melayu-Nusantara. Kedua kitab tersebut di atas kemungkinan
besar mulai ditulis sebelum ia hadir di Aceh tahun 1637 M, walaupun dalam Bustān
al-Salāṭīn ia menyebut atas permintaan Sultan Iskandar Thānī (w.1640).
Sedangkan di bidang
Hadīth, karyanya berjudul Hidāyat al-Ḥabīb fī al-Targhīb wa-al-Tarhīb.
Shaghir menyebutnya; al-Fawāid al-Bahīyah fī al-Aḥādīth al-Nabawīyah, menurutnya,
Nūr al-Dīn al-Rānirī menulisnya saat ia masih di Pahang. Selain di bidang yang tersebut di atas, sebagian besar
hasil karyanya di bidang ketauhidan dan tasawuf, khususnya pertentangan
terhadap doktrin Wujūdīyah, di
antaranya:
a.
Durr al-Farā’id
bi-Sharḥ al-‘Aqā’id. Daudy menyebutnya Durrah al-Farā’id. Kitab ini merupakan
saduran dari kitab Sharḥ al-‘Aqā’id al-Nasafīyah karya Sa’ad al-Dīn
al-Taftāzānī terhadap Mukhtaṣar al-‘Aqā’id karya Imām Najm al-Dīn
al-Nasafī, selesai ditulis tahun 1054 H (1635 M), yaitu saat ia masih di
Pahang.
b.
Shifā’ al-Qulūb
c.
Durr al-Aqā’id
li-Abṭāl Aqwāl al-Malāḥid (codex unicus koleksi Tarmizi A Hamid, Banda Aceh)
d.
Laṭā’if
al-Asrār
e.
Ṣawārim al-Ṣiddīq
li-Qaṭ’i al-Zindīq.
f.
Hidāyat al-Īmān
bi-Faḍl al-Mannān
g.
‘Alāqat Allāh
bi-al-‘Ālam. Awalnya naskah ini tanpa judul, namun Daudy memberi judul
tersebut.
h.
Ḥill al-Ẓill
i.
Ḥujjat al-Ṣiddīq
li-Daf‘ al-Zindīq
j.
Nubdhah fī
Da‘wá al-Ẓill ma‘a Ṣāḥibihi.
k.
Asrār al-Insān
fī Ma’rifat al-Rūḥ wa-al-Raḥmān. Karyanya mulai
dikarang pada masa Sultan Iskandar Thānī dan selesai diawal masa Sultanah Ṣafiyat
al-Dīn.
l.
Tibyān fī Ma‘rifat
al-Adyān (8 Rabi’ al-Ākhir
1051 H/17 Juli 1641 M, periode awal Sultanah)
m.
Fatḥ al-Mubīn
‘Alá al-Mulḥidīn (masa Sultanah)
n.
Akhbār
al-Ākhirah fī Aḥwāl al-Qiyāmah (masa Sultanah)
kitab ini membahas tentang kematian, alam kubur dan alam hari kiamat, tidak
menyinggung sama sekali tentang Wujūdīyah.
o.
Mā’ al-Ḥayāh
li-Ahl Mamāt (masa Sultanah)
p.
Jawāhir
al-‘Ulūm fī Kashf al-Ma‘lūm. (1054 H/1644-45
M) Kitab ini belum selesai ditulis pada masa Sultanah Ṣafiyat al-Dīn, namun ia
tiba-tiba meninggalkan Aceh. Daudy menyebutkan, muridnya yang melengkapi hingga
selesai pada 28 Zulhijjah 1079 H (29 Mei 1669 M).
Sekembalinya ke
India, ia tetap eksis menulis kitab, sedikitnya -yang sudah diketahui- tiga
karangan dipersembahkan kepada “Negeri Di Bawah Angin”, di antaranya:
a.
Al-Lam‘ān fī
Takfīr man Qāla bi-Khalq al-Qur’ān. Kitab tersebut
jawaban terhadap pertanyaan dari Sultan Banten Abu al-Mafākhir ‘Abd al-Qādir
al-‘Alī (w. 1640).
b.
Fatḥ al-Mubīn
‘Alá al-Mulḥidīn, kemungkinan awal ditulis pada masa Sultanah, namun diselesaikan di
Aceh atau di India, karna dalam naskah ini, ia sudah menyebut lawan debatnya
bernama Sayf al-Rijāl. Dalam naskah ini juga banyak disebut judul-judul kitab terdahulu
karangannya.
c.
Raḥīq al-Muḥammadīyah
fī Ṭarīq al-Ṣūfīyah. Menurut Shaghir, kitab ini adalah karangan terakhir Nūr al-Dīn
al-Rānirī yang tidak selesai karena ia meninggal dunia pada 22 Dhulhijjah 1069
H (21 September 1658 M).
Perbedaan
jumlah karangan Nūr al-Dīn al-Rānirī -sebagaimana telah disinggung sebelumnya-
terjadi pada beberapa kitab kecil (Risālah), termasuk tidak tercantum
nama pengarang dan tahunnya. Sebagaimana diungkapkan Daudy, kitab Bad’u
Khalq al-Samāwāt wa-al-Arḍ dan Hikāyat dhū al-Qarnayn adalah bagian
petikan dari bab pertama kitab Bustān al-Salāṭīn. Demikian juga judul kitab
Kayfiyat al-Ṣalāh petikan dari kitab Ṣirāṭ al-Mustaqīm. Sedangkan Shaghir menjadikan kitab-kitab tersebut satu judul naskah yang
terpisah.
Kitab Nūr
al-Dīn al-Rānirī lainnya yang menjadi perdebatan para sarjana adalah:
a).
Fatḥ al-Wadūd
fī Bayān Waḥdat al-Wujūd
b).
‘Ayn al-Jawād
(al-Wujūd) fī Bayān Waḥdat al-Wujūd
c).
Awḍaḥ al-Sabīl
wa-al-Dalīl Laysa li-Abṭāl al-Mulāḥidīn Ta’wīl
d).
Awḍaḥ al-Sabīl
Laysa li-Kalām al-Mulḥidīn Ta’wīl
e).
Shadhar
al-Mazīd
f).
Ayna al-‘Ālam
Qabl Khalqihi
g).
‘Aqā’id al-Ṣūfīyah
al-Muwāḥḥidīn
Kelima judul
kitab dari urutan atas, Nūr al-Dīn al-Rānirī menyebutnya dalam kitab Fatḥ
al-Mubīn ‘Alá al-Mulḥidīn. Akan tetapi belum ada sarjana mengkaji keabsahan
kandungan isi karya ulama India tersebut. Sedangkan dua naskah terakhir tanpa
judul, dan Daudy memberi judul keduanya, sedangkan Tudjimah memiliki judul yang
berbeda. Perbedaan juga pada judul kitab ‘Umdat al-I‘tiqād dan Muḥimmat
al-I‘tiqād. Menurut Tudjimah, ke dua kitab tersebut berbeda. Akan tetapi,
Daudy meragukannya dengan menyertakan pendapat Voorhoeve, bahwa keduanya sama
kandungan isi dan serupa, yaitu karya Nūr al-Dīn al-Rānirī.
Shaghir menambahkan dua koleksi Nūr al-Dīn
al-Rānirī. Pertama berjudul Tanbīh al-‘Awām fi Taḥqīq al-Kalām wa-al-Nawāfil,
walaupun Shaghir tidak menjelaskan uraian isi naskah. Kedua, Risālah
tanpa judul (Tanya Jawab Waḥdat al-Wujūd), ia menyertakan transkripsi
naskah tersebut yang didapatkan di Kuala Terengganu. Sejauh perbandingan yang penulis lakukan, pada bagian tanya jawab tidak jauh
berbeda dengan teks Ḥill al-Ẓill.
Source: Hermansyah, Tibyān fi Ma'rifat al-Adyān; Tipologi Aliran Sesat Menurut Nūr al-Dīn al-Rānirī (Jakarta: LSIP, 2012)
0 comments:
Post a Comment