Kado istimewa yang diterima Nabi dalam Isra dan Mi’raj adalah perintah shalat lima waktu sehari semalam, itu merupakan merupakan kado spesial yang diterima Nabi Muhammad. Beberapa riwayat hadist menyebutkan peristiwa perintah ini diterima Nabi langsung dari Allah.
Shalat wajib merupakan kunci surga, ia tidak dapat diwakilkan, tidak dibadal ataupun dibayar dengan apapun. Shalat juga sebagai wujud tunduknya seorang hamba kepada Sang Khaliq, shalat juga merupakan simbol kerukunan dan persatuan ummat Islam, sekaligus ia penangkal dari perbuatan keji dan mungkar. Menurut Nabi, ibadah ini memiliki rahasia inti yang dapat diungkapkan oleh orang-orang yang khusuk dan tidak lalai akan shalatnya.
Pada masa Rasulullah dan Khalifah Rasyidin menunjukkan persatuan ummat Islam yang cukup kuat, terjalinnya ukhuwah dan persaudaraan antara kaum Anshar dan Muhajirin, orang Arab dan ‘Ajam. Setiap khilafiyah (perbedaan) diselesaikan secara berjamaah dan bersama-sama, seiring sejalan seperti gerakan jamaah shalat yang mengikuti Sang Imam.
Maka wajar apa yang disebut dalam naskah “Rahasia Shalat” bahwa “Itulah yang sebenar2 sembahyang hai ya ikhwan. Takoeh buloeh ikat panjoe # Mangat meuri jrat auliya. Wajib bak insan mengenal droe # Mangat taturi haq Ta'ala”.
Sayangnya, kini sebagian ummat Islam belum mampu memahami nilai-nilai ibadah dan sosial (ukhuwah Islamiyah) yang terkandung dalam shalat. Terjerumus dalam persoalan khilafiyah furu’iyah dan kepentingan kelompok dalam “kapling surga” sehingga mengabaikan ukhuwah Islamiyah sesama mukmin. Padahal para Khulafa Rasyidin, Tabi-tabi’in dan para Imam-imam pasca wafatnya Rasulullah telah menunjukkan sikap kerukunan dan toleransi antar sesama.
Source: Opini Serambi Indonesia 5/5/2016
0 comments:
Post a Comment