Saturday, August 20, 2016

Naskah Hikayat Raja Pasai; Antara Aceh dan Inggris

Terus terang, hingga saat ini saya masih penasaran dengan Kerajaan Pasai yang pernah berjaya dan  menguasai Melayu Nusantara sekaligus pelopor Islam di Nusantara. Kejayaan berabad-abad  tetapi tidak memiliki peninggalan kuat di bidang intelektual yang dapat dijadikan sumber-sumber saat ini. Syukurnya, selain peninggalan numismatik dan arkeologis nisan yang mengagumkan bersemanyam di sana. Dalam khazanah literatur tertulis, hanya Hikayat Raja-raja Pasai jadi sumber saat ini. 

Hikayat Raja-raja Pasai untuk pertama kali dikaji oleh Dr. Ed. Duraurier, guru dalam bahasa Melayu pada "L'Ecolades Legues Orientales" di Paris. Ia telah mengutip selengkapnya isi hikayat itu dalam huruf Arab (Jawi) sendiri, hanya didahului oleh sepanjang 31/2 halaman mukaddimah dan diterbitkan  oleh "Imprimerie Nationale Paris", 1849.

Sesudah Dulaurier, menyusul Aristide Marre, tahun 1874, dengan karyanya membuat salinan seluruh teks hikayat tersebut dalam bahawa Perancis, berjudul "Histoire des Reois de Pasay" dengan annotasi beberapa halaman sekaligus kutipan mukaddimah Dulaurier. Keduanya tidak membicarakan kapan dan di mana serta oleh siapa hikayat itu ditulis melainkan sama-sama menyebut saja bahwa naskah itu disalin dari pada naskah koleksi Raffless no. 67, sebagai yang diungkap oleh suatu katalogus van der Tuuk.

Selain kepada keduanya di atas, ikut serta ambil bagian J.P Mead karyanya diterbitkan di tahun 1916 ke dalam huruf Latin sekaligus  terjemahan dalam bahasa Inggris. Orientalis terkenal Sir Richard Winstedt tampil mempelopori pengupasan tentang kapan kiranya hikayat itu ditulis, sambil membuat ringkasan isinya, dikatakannya bahwa hikayat itu telah ditulis sesudah tahun 1350 dan tidak lebih lama dari tahun 1536. Dalam suatu monograf tentang kesusasteraan Melayu lama berjudul "A History of Classical Malay Literature" Sir Richard menegaskan lagi pendapat tersebut. 

Ternyata, menurut Mohammad Said (2: 69-72) tentang "Hikayat Raja-raja Pasai" sejauh ini ditemukan hanya salinan di Demak, dalam tulisannya bahwa  "sepanjang diketahui naskah hikayat ini belum pernah ditemukan di daerah Aceh sendiri, khususnya di Pasai. Keganjilannya yang menarik perhatian ialah bahwa hikayat ini hanya dikenal dari salinan naskahnya, itupun tidak ditemukan di tanah air, melainkan di London, Inggris".

Sambungnya demikian "Peristiwa demikian. Segera setelah Inggris berhasil merampas pulau Jawa dari Belanda di tahun 1811, lalu ditempatkanlah Raffles menjadi Letnan Gubernur di sana. Ia gemar mengumpul bahan-bahan sejarah terutama naskah-naskah. Dalam kesempatan berada di sana antara lain ia mengetahui ada sebuah naskah "Hikayat Raja-raja Pasai" di tangan seseorang Bupati di Jawa.

Mungkin karena tidak begitu tertarik untuk membeli dan memiliki naskah tersebut, atau mungkin pula karena si pemilik tidak bersedia menyerahkannya, maka ia hanya berhasil meminta salinkan saja naskah tersebut. Catatan si penyalin di kolofon naskah tersebut memberitahu naskah telah selesai disalin dari aslinya pada tanggal 21 Muharram 1230 H atau bertepatan dengan 2 Januari 1814. Di bawah sekali terdapat lagi catatan ditulis dengan aksara Jawa. Bunyinya sebagai yang telah disalin dan dihuruf-latinkan oleh Dr. A.H. Hill, adalah: "Sangking Kyai Suradimanggala, Bupati Sapuhpu negeri Demak negeri Bogor, warsa 1742".

Tidak lama setelah meninggalkan pulau Jawa, Raffles pindah ke Singapura, seterusnya ke Bengkulen, sesudah itu kembali ke London dan meninggal di sana. Pada tanggal 16 Januari 1830 Nyonya Sophia, janda Raffles menyerahkan salinan naskah ini kepada Lembaga Royal Asiatic Society, London, untuk disimpan dan dimanfaatkan demi penelitian ilmiah.

Saya bersyukur atas informasi Annabel Teh Gallop, naskah yang disalin Raffles sekarang masih disimpan dalam Royal Asiatic Society; Sedangkan naskah Hikayat Raja Pasai di British Library merupakan naskah lain sekali, yang baru ditemui tahun 1986, tetapi ternyata disalin di Jawa pula, di Semarang, tetapi bukan atas permintaan orang asing, melainkan orang Makasar, pada tahun 1797. Kini naskah itu dapat diakses di British Library (Or. 14350).



Apa yang disebutkan oleh Mohammad Said bahwa belum  ditemukannya naskah "Hikayat Raja-Raja Pasai" selain dari catatan Raffles masih menjadi misteri. Bahwa kemudian saya menemukan "Hikayat Raja-Raja Pasai" sesuai penuturan Tgk Ibrahim PMTOH di Aceh Utara. Setidaknya ini menjawab "setengah" penasaran kisah Kesultanan Pasai yang kian hari tergerus dilupakan. Penemuan  naskah "Hikayat Raja-Raja Pasai" lainnya versi bahasa Aceh beraksara Jawo (Jawi) di Aceh Utara koleksi Tgk Ibrahim PMTOH, hasil copian yang selamat pasca gempa tsunami 2004. Kitabnya ini pun sudah terendam air lumpur, beberapa bagian rusak parah, dan sulit terbaca.

Maka jika dibandingkan kedua naskah Hikayat Raja-Raja Pasai koleksi di Inggris berbahasa Melayu ditulis dalam bentuk prosa, sedangkan Hikayat Raja-Raja Pasai koleksi Aceh Utara berbahasa Aceh yang ditulis dalam bentuk puisi dibagi dua kolom. Bahkan dapat diasumsikan bahwa naskah Hikayat Raja-Raja Pasai (Aceh,  dan Inggris) memiliki kesamaan judul dan ketokohan salah satunya Ahmad, namun belum tentu memiliki kesamaan isinya.


Perlu penelitian dan bandingan alur isi naskah untuk menjawabnya, penasaran saya belum terjawab dan menyisakan beragam pertanyaan, terkait hubungan kedua naskah ini (koleksi Aceh dan koleksi Inggris), apakah memiliki kesamaan isi, alur cerita, tokoh. Mungkin butuh waktu dan para peneliti lainnya yang bersedia untuk meneliti. Selain itu, apa yang disebut Mohammad Said belum ditemukannya Hikayat Raja-raja Aceh di Aceh sendiri, seakan-akan menjadi asing di negerinya sendiri. []


Futher reading:
Annabel Teh Gallop, Hikayat Raja Pasai: the oldest Malay history. 24 October 2013.
A.H. Hill, ‘Hikayat Raja-raja Pasai: a revised romanised version of Raffles MS 67, together with an English translation’, Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society, 1960, 33 (2): [1]-215. 
E.U. Kratz, ‘Hikayat Raja Pasai: a second manuscript’, Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 1989, 62 (1):1-10. 
Russell Jones, (ed.), Hikayat Raja Pasai (Kuala Lumpur: Yayasan Karyawan and Fajar Bakti, 1999).
Hermansyah, ‘Terkuburnya naskah Hikayat Raja Pasai’, 2 Feb 2013 [blogpost]



0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top