Zawiyah Tanoh Abee memang dikenal sebagai lembaga pendidikan yang mengoleksi ratusan manuskrip atau naskah kuno. Perjalanannya sejak era Kesultanan Aceh, berlanjut pada masa perang Aceh melawan Belanda, yang sebagian manuskripnya harus disembunyikan di gunung, rumah-rumah warga, dan dibawa bersamanya Abu Tanoh Abee saat berperang, akibat wilayah Tanoh Abee sudah dikuasai oleh Belanda dan dibumi hanguskan.
Paska Indonesia merdeka, manuskrip kuno tersebut dijaga oleh keturunan beliau hingga pada masa Abu Dahlan Tanoh Abee, ulama kelahiran 1943 cicit dari Teungku Chik Abdul Wahab Tanoh Abee. Beberapa naskah dibawa kembali ke zawiyah ini, sebagian lainnya terlanjur berada di luar Aceh, alias di luar negeri. Koleksi manuskrip zawiyah Tanoh Abee terbuka untuk umum setelah Gempa dan Tsunami 2004.
Salah satu hal yang menarik adalah naskah kuno yang menyebutkan tentang kelahiran anak laki-laki Teungku Tanoh Abee. Naskah ini dikoleksi dan disimpan di British Library (Perpustakaan Inggris) di London, Inggris.
Naskah koleksi Nomor. Or. 16768 yang dapat diakses dan sudah digitalkan terbongkar sebagaimana foto di bawah ini:
"Adapun kemudian daripada hijrah Nabi Shallahu ‘Alaihi Wasallam Seribu Dua Ratus Empat Puluh Delapan Tahun Pada Tahun Ba, pada hari Kamis pada waktu Dhuha, pada bulan Jumadil Akhir pada ketika itu maka jadi seorang kanak-kanak, laki-laki, anak Teu[ng]ku Abu Tanoh Abee, pada negeri Bithak. Allahumma Thawwil ‘umrahu, wa-katstsir rizqahu, wa shahhih badanahu, wa-thabbit qalbahu ‘ala tha’atika ya Arhama ar-Rahimin. Amin."
0 comments:
Post a Comment