Saturday, May 26, 2012

"Mata Najwa" Bedah Kitab Kuno Aceh


Program talkshow Mata Najwa yang ditayangkan Metro TV setiap hari Rabu pukul 21:30 WIB, akan membedah tentang sosok Tarmizi A Hamid, si pengumpul (kolektor) naskah kuno Aceh. Tarmizi dijadwalkan tampil bersama Ichwan Azhari (doktor sejarah sekaligus penggagas Pustaka Humaniora Medan) dan Kemala Atmojo (kolektor majalah, tabloid, dan poster film lokal, sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Moviegoers).

Informasi diperoleh Serambinews.com dari pihak Mata Najwa menyebutkan, episode "Pemburu Memori" ini akan direkam pada, Senin (14/05/2012) di Studio Grand Metro TV. Namun, mereka menyatakan tidak tahu kapan episode ini akan ditayangkan.

"Karena topik ini bersifat timeless, kita belum bisa memastikan kapan episode ini akan ditayangkan. Kemungkinan sekitar akhir Mei atau awal Juni," kata anggota tim Mata Najwa, Seto Adhi Satrio, yang dihubungi Serambinews.com dari Banda Aceh, malam tadi.

Ia menyebutkan, ide untuk mengangkat episode "Pemburu Memori" ini muncul karena adanya keprihatinan terhadap permasalahan pengarsipan di Indonesia.
"Mata Najwa episode 'Pemburu Memori' menghadirkan person-person, individu, yang berjuang menyelamatkan sejarah masyarakat. Kami mengangkat sosok-sosok yang patut diapresiasi karena perjuangannya, sekaligus menjadi 'tamparan' keras bagi otoritas yang seharusnya bertanggung jawab akan hal ini," kata dia.

Ketiga sosok yang diangkat dalam episode "Pemburu Memori" ini, kata Seto, sama-sama bergerak atas inisiatif pribadi. Alih-alih mengejar popularitas atau jabatan politik, mereka mengumpulkan 'rongsok emas' itu demi pembelajaran masyarakat akan sejarahnya dan instropeksi permasalahan kekinian.

"Bahwa kita bisa banyak belajar dari manuskrip kuno, artefak-artefak kuno, dan koran-koran kuno, itu adalah suatu keniscayaan. Bahkan, kita bisa mempelajari kondisi sosial kemasyarakatan Indonesia di suatu era hanya dengan 'membaca' poster film lokal," kata dia.

Sosok Tarmizi A Hamid sendiri, mulai mencuat ke permukaan setelah pertama kali diberitakan oleh Serambi Indonesia ketika menggelar pameran tunggal di rumah pribadinya, Komplek BIP No 4, Desa Ie Masen Kayee Adang, Banda Aceh, Agustus 2009 lalu. Saat itu, di Banda Aceh, sedang berlangsung Pekan Kebudayaan Aceh ke-5 (PKA-5).

Tarmizi terpaksa menggelar pameran di rumah pribadinya, karena tidak cukup dana untuk membuka tempat di arena PKA-5. Tarmizi juga mengakui telah membuat beberapa kontak dengan pihak-pihak terkait agar naskah miliknya bisa dipamerkan di arena PKA, karena banyak pihak, terutama akademisi dan mahasiswa jurusan filolog (penelitian naskah) meminta dia untuk memamerkan koleksinya di arena PKA.

Namun, karena tidak ada kejelasan tentang penanggung jawab terhadap keselamatan naskah-naskah yang sangat berharga itu, maka ia membatalkan niatnya untuk ikut di ajang PKA. "Saya tidak mau jika tidak ada komitmen terhadap keselamatan naskah ini. Karena selama ini, banyak naskah kuno Aceh, termasuk beberapa milik saya, sudah dibawa ke luar negeri, khususnya Malaysia dan Brunei Darussalam," ungkap Tarmizi kala itu.

Adapun yang dipamerkan Tarmizi dalam pameran di rumahnya, adalah hasil karya para ulama, cendikiawan, dan pujangga Aceh pada masa Kerajaan Aceh Darussalam. Rata-rata kitab kuno koleksi Tarmizi A Hamid berasal dari abad ke- 16 hingga 19 Masehi.

Sejak itu, nama Tarmizi kerap menghiasi media massa lokal dan nasional. Rumahnya juga kerap dikunjungi oleh para para pakar sejarah dan mahasiswa dari mancanegara. (Zainal Abidin)

source: SerambiIndonesia.com

0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top