Friday, March 27, 2020

Pandemi Kolera Pertama di Aceh



Jika sekarang sedang terjadi epidemi Corona (Covid-19) yang diyakini berasal dari Wuhan Cina, dan telah menjalar ke seluruh negara, di Timur dan Barat. Mulai dari negara-negara miskin hingga negara adidaya dan negara-negara kaya.

Epidemi penyakit menular juga sudah terjadi beberapa tahun silam, tidak hanya di Aceh, tetapi juga di Eropa dan Amerika. 

Pada tahun 1873-1874, epidemi penyakit menular juga menimpa dunia ini. Salah salanya adalah pulau Sumatera dan Kesultanan Aceh Darussalam. Maka menarik untuk mengulas tentang dari mana kolera sampai di Aceh pada tahun tersebut yang sebagian masyarakat meyakini penyakit yang dibawa oleh penjajah Belanda.

Mohammad Said (II) menyebutkan bahwa Jenderal Belanda van Swieten si penjahat tersebut telah membawa kolera ke  Aceh saat pendarat kedua pada akhir November 1873. Pendaratan perang Belanda dengan 60 buah kapal di perairan perbatasan Banda Aceh dan Aceh Besar. Ia menyebutkan “Belanda sudah sengaja merencanakan menguntukkan penyakit kolera itu disebarkan kepada rakyat Aceh”.

Beberapa fakta argumennya bahwa orang-orang yang telah menjalar penyakit kolera di Batavia (Jakarta) telah diberangkatkan lebih awal dari Tanjung Priok, tanpa dikarantina kapal tersebut di pulau tanpa orang. Van Swieten telah mengirim kawat pertama melalui Penang ke Jakarta tentang korban yang ditimpa penyakit kolera dengan jumlah 77 orang terinfeksi.


Fumigasi atau disinfektan penumpang dari Marseille. Kolera di Eropa (www.collection.nlm.nih.gov)


Fakta lainnya yang diungkapkan oleh Moh. Said adalah tentang pensiunan tentara Italia di Mincio bernama Nino Bixio. Ia ditawarkan menjadi nakhoda kapal pengangkut “Maddaloni”, yaitu kapal miliknya sendiri yang kemudian dijual ke Belanda. Nino Bixio sepertinya menjadi korban penipuan Belanda antara “bisnis dan kolera” dalam perang.


Iklan kapal Maddaloni yang dijual tertulis in consequence of the death of general Bixio (sebagai konsekuensi dari kematian Jenderal Bixio) 
(lihat: http://www.tynebuiltships.co.uk/M-Ships/maddaloni1873.html)

Ia menjadi korban pertama kolera itu saat masih berada dalam kapal tersebut dan mayatnya dibuang ke daratan, di salah satu pantai Aceh dan ditinggalkan di sana. Laporan “Parlementaire redevoeringan van I.D Fransesn” (1886) menyebutkan bahwa kuburan (yang kena penyakit kolera) dibongkar, mayat sengaja diantar ke darat, supaya rakyat Aceh ketularan kolera. Kuburan dibongkar dan dipindahkan, bahkan juga mungkin dibakar.

Buku Biografi Nino Bixio berbahasa Italia
(https://www.amazon.it/crociera-Maddaloni-Vita-morte-Bixio/dp/B008BIA0DK)

Paul van't Veer lebih mengerikan dalam bukunya (1985:71) "Pada tanggal 9 Desember 1873 satu dari ketiga brigade (yang keempat dalam cadangan dikirim ke Padang) sesudah melakukan gerakan tipu didaratkan ke pantai rawa. Pendaratan itu dilakukan terlalu cepat, karena bila tinggal lebih lama di kapal yang kotor dan menyesakkan napas, bencana kolera akan menimpa. Karantina 14 hari lamanya dengan gerakan berhati-hati barulah pasukan induk ditempatkan di  sekitar Kampung Peunayong di tepi Sungai Aceh, letaknya satu setengah kilometer dari keraton Aceh. 

Lanjutnya, pada akhir Desember meninggal 150 orang pasien kolera. Dalam rumah sakit tenda, yang sebentar-sebentar harus dipindahkan ke tempat yang lebih kering, dirawat 500 pasien; "dirawat" berarti ditempatkan dalam suatu perkemahan dengan jerami basah tanpa perawatan. 18 orang perwira dan 200 orang bawahan harus dibawa dalam keadaan sakit ke Padang, karena bahkan rumah sakit darurat sekalipun tidak punya tempat untuk mereka". 


Pasukan Belanda pasien kolera ditempatkan di gubuk-gubuk dan di atas tanah di kawasan Peunanyong

Penyakit kolera yang berkembang di Aceh membuat banyak rakyat Aceh menjadi korban, salah satu antaranya Sultan Aceh, SUltan Mahmud Syah II pada 28 Januari 1874 di Kampung Pagar Ayé (sekarang Pagar Air) kemudian ia dimakamkan di Cot Bada dekat Samahani.  Penyakit kolera yang menimpa Aceh sejak akhir tahun 1873 membuat beliau dan para pembesar Aceh yang berada di kawasan keraton "Dalam Sultan" eksodus ke wilayah Aceh Besar.  Namun, korban di dalam keraton Aceh telah meninggal sekitar 150 orang akibat kolera, sebagaimana dilaporkan Panglima Tibang ke Belanda di kemudian hari. 

Penyakit kolera telah menjadi wabah dunia pada tahun tersebut, merujuk kepada beberapa referensi seperti US National Library of Medicine yang banyak menunjukkan penyakit kolera di Eropa dan Amerika Serikat sejak awak tahun 1870an telah menelan banyak korban.




0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top