Thursday, February 23, 2012

Naskah Kuno Aceh: dari Filolog Aceh Untuk Gen-K


Awan hitam mendung telah mewarnai langit cerah di pagi, kerinduan hujan kepada bumi tidak dapat menghentikannya turus dengan deras di alas yang tidak terbatas. Dalam keadaan hujan deras menyirami bumi ini, pada saat itu kami memulai temu ramah dan hangat atas kunjungan Gen-K dan penulis Mariska Lubis dalam agenda penyerahan buku "ayahku Inspirasiku".

Di antara keseriusan pembicaraan di ruang tamu beralaskan hambal dan tikar, tak lepas dari ketakjuban dan terkejut atas koleksi naskah Tarmizi A Hamid yang mulai di buka satu per satu. Dari naskah berukuran kecil hingga mushaf Al-Qur'an yang berukutan tebal dan besar.

Semua mata terbelalak, termasuk penulis buku Mariska Lubis dan pembina Gen-K Risman A Rachman, karena keduanya
sudah sangat lama merindukan untuk melihat kehebatan dan keajaiban naskah-naskah kuno.

Dalam temu ramah tersebut antara tamu dan tuan rumah berbagi informasi dan menjalin kerjasama untuk dapat dimanfaatkan ke duanya. Bahwa salah satunya, bagaimana menginformasikan akan kepentingan naskah-naskah ini kepada generasi selanjutnya.

Dalam pertemuan ini, saya (Hermansyah) menyampaikan apa yang telah terjadi dengan kondisi naskah-naskah di Aceh, dan apa yang harus dilakukan, oleh masyarakat dan juga -pastinya- pemerintah. Ada beberapa hal pokok dan sangat penting untuk segera ditindak lanjuti untuk menyelamatkan naskah-naskah Aceh, seperti memberi penyuluhan dan informasi akan pentingnya manuskrip Aceh terpelihara di negerinya sendiri, dan yang tidak kalah penting adalah, melahirkan SDM yang  mampu mengkaji dan meneliti naskah.

Jika tidak, akan terjadi seperti apa yang sudah terjadi terhadap Museum Negeri Aceh, sekitar  900 naskah manuskrip milik Museum Aceh telah digitalkan oleh warga asing tanpa sepengetahun orang Aceh atau tanpa mengajari dan mewariskan ilmu bagaimana memanfaatkannya. Hasil digital naskah-naskah itu dibawa ke Jerman untuk dikaji dan diteliti. Padahal, seharusnya hal itu tidak boleh terjadi apabila orang Aceh punya kepekaan pada sejarah dan sumber-sumber kuno  yang mengambarkan intelektual dan kebesaran Aceh masa lalu.


Kunjungan ini juga dihadiri oleh  komunitas muda Gen-K Aceh yang diketuai oleh Ahmad Mirza Safwandi,  selepas mengunjungi kediaman kolektor manuskrip Aceh Tarmizi Abdul Hamid di Ie Masen, Lampineung, Banda Aceh, Selasa kemarin.

Mirza mengaku cukup terkejut ketika mengetahui buku-buku karya orang Aceh itu sudah mengkaji berbagai masalah aktual dan dibutuhkan masyarakat. termasuk kajian kesehatan, dan hukum pembagian tanah di Aceh. Dari manuskrip tua juga kita ketahu kalau di aceh pernah dilanda gempa dan Tsunami pada abad silam.

"Kami hanya mengetahui segelintir intelektual Aceh saja, selebihnya kebanyakan mendengar namanya. Seharusnya manuskrip Aceh yang sudah berusia ratusan tahun itu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, dan juga pemerintah harus punya kepedulian, sehingga generasi muda bisa mengenal lebih dekat dengan karya-karya nenek monyang kami," pinta Mirza.

Untuk itu Gen-K berharap pemerintah memberi perhatian penuh pada manuskrip-manuskrip Aceh, agar tidak kecolongan bagi generasi berikutnya. Apalagi banyak manuskrip Aceh yang sudah di bawa ke luar negeri tanpa sepengetahuan kita, ini harus cepat di cegah.



Lihat juga :
http://www.atjehpost.com/read/2012/02/22/2763/47/6/Gen-K-Minta-Pemerintah-Peduli-Sejarah-Aceh

http://www.atjehpost.com/read/2012/02/22/2745/22/22/Omak-63-Manuskrip-Aceh-Akan-Dibawa-ke-Inggris

0 comments:

Copyright © 2015 Herman Khan | Portal Manuskrip Aceh dan Malay | Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates
Scroll To Top